Tuntunan fiqh praktis wanita 100-103
Wanita yang hendak dinikahkan berada dalam 3 keadaan : mungkin wanita tersebut masih kecil dan perawan, mungkin dia sudah baligh dan masih perawan, mungkin dia sudah janda dan untuk setiap keadaan dari 3 wanita tersebut mendapat hukum-hukum yang khusus
١ – فأما البكر الصغيرة فلا خلاف أن لأبيها أن يزوجها بدون إذنها، لأنه لا إذن لها، لأن أبا بكر الصديق رضي الله عنه زوج ابنته عائشة رضي الله عنها رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي بنت ست سنين ،وأدخلت عليه وهي بنت تسع سنين(١)
1. Adapun gadis kecil yang perawan maka tidak ada perselisihan pendapat diantara para ulama bahwa boleh bagi seorang wali nya menikahkannya tanpa izinnya. Karena anak perempuan yang kecil tadi tidak ada izin untuknya. Karena Abu Bakr Ash Shidiq radhiyallahu anhu menikahkan putrinya Aisyah radhiyallahu anha kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam usia 6 tahun, dan masuk kepada rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada usia 9 tahun(1)
قال الإمام الشوكاني رحمه الله : في الحديث دليل على أنه يجوز للأب أن يزوج ابنته قبل البلوغ، وقال أيضا : فيه دليل على أنه يجوز تزويج الصغيرة بالكبير، وقد بوب لذلك البخاري، وذكر حديث عائشة، وحكى في الفتح الإجماع على ذلك… انتهى
Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata : dalam hadits ini terdapat dalil bolehnya sang Ayah menikahkan anaknya sebelum baligh, Imam asy-Syaukani rahimahullah juga berkata : di dalamnya terdapat dalil bahwasanya bolehnya menikahkan putrinya yang masih kecil dan perawan kepada orang yang sudah berumur, Imam Bukhari telah membuat dalam 1 bab kitabnya tentang hal ini… Fikihnya Imam Bukhari terdapat pada bab-babnya, Dan menyebutkan hadits Aisyah dan bahkan disebutkan dalam kitab Fathul Bari disebutkan bahwa pendapat ini merupakan kesepakatan ulama. Selesai
وقال في المغني : قال ابن المنذر: أجمع كل من نحفظ عنه من أهل العلم أن إنكاح الأب ابنته الصغيرة جائز إذا زوجها من كفء. انتهى.
dalam kitab Al-Mughni : Ibnul Mundzir berkata : semua orang yang kami ingat dari ahli ilmu tekah sepakat bahwa seorang ayah boleh menikahkan anak perempuannya yang masih kecil apabila ia menikahkannya dengan orang yang sepadan. Selesai.
أقول : وفي تزويج أبي بكر رضي الله عنه لعائشة رضي الله عنها وهي بنت ست سنين من النبي صلى الله عليه وسلم أبلغ رد على الذين ينكرون تزويج الصغيرة من الكبير، ويشو هون ذلك، ويعتبرونه منكرا، وما هذا إلا لجهلهم، أو أنهم مغرضون.
Aku katakan : dalam perkawinan yang dilakukan Abu Bakr Ash Shidiq terhadap Aisyah yang ketika itu masih berusia 6 tahun kepada nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam merupakan sanggahan yang paling kuat terhadap orang yang mengingkari perkawinan anak perempuan yang masih kecil kepada orang yang sudah berumur, mereka mencemarkan hal itu dan memandangnya sebagai sebuah kemungkaran, dan hal ini merupakan kebodohan dan memang mereka mempunyai tujuan tertentu.
٢ – أما البكر البالغة فلا تزوج إلا بإذنها، وإذنها صماتها،لقوله صلى الله عليه وسلم : ولا تنكح البكر حتى تستأذن. قالوا : يا رسول الله فيكف إذنها؟ قال : أن تسكت(٢)
2. Adapun anak perempuan yang sudah baligh maka tidak menikahkannya kecuali dengan izinnya. Dan persetujuannya adalah apabila dia diam, berdasarkan sabda nabi Shallallahu alaihi wasallam : janganlah seorang gadis dinikahkan hingga engkau meminta izinnya, para sahabat bertanya : Wahai rasulullah bagaimana persetujuannya? Perempuan tersebut diam(2)
فلا بد من إذنها، ولو كان المزوج لها أبوها على الصحيح من قولي العلماء.
Maka harus meminta izinnya, meskipun yang akan menikahkannya adalah ayahnya sendiri menurut pendapat yang shahih dari dua pendapat ulama.
قال العلامة ابن القيم رحمه الله : وهذا قول جمهور السلف، ومذهب أبي حنيفة وأحمد في إحدى الروايات عنه، وهو القول الذي ندين لله به، ولا نعتقد سواه، وهو الموافق لحكم رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمره ونهيه. انتهى.
al-Allamah Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : dan ini adalah pendapat mayoritas salaf, dan ini mazhab Abu Hanifah, Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya, dan ini adalah pendapat orang pemegang agama Allah dan tidak meyakini pendapat selainnya karena tidak sesuai dengan keputusan hukum Allah, hukum rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, dan sesuai dengan perintah dan larangannya. Selesai.
٣ – وأما الثيب فلا تزوج إلا بإذنها، وإذنها بالكلام، بخلاف البكر، فإذنها الصمات
3. Adapun janda maka tidak boleh dinikahkan kecuali dengan izinnya, dan izinnya itu dengan ucapan, berbeda dengan gadis maka persetujuannya adalah dengan diam
قال في المغني: أما الثيب فلا نعلم بين أهل العلم خلافا في أن إذنها الكلام للخبر، ولأن اللسان هو المعبر عما في القلب، وهو المعتبر في كل موضع يعتبر فيه الإذن. انتهى.
Berkata di dalam Al-Mughni : adapun janda kami tidak mengetahui adanya perselisihan diantara ahli ilmu tentang izinnya janda adalah dengan perkataannya untuk memberitahukan persetujuannya. Karena ucapan lisan adalah gambaran apa yang ada dalam hati maka itu dipandang sebagai izinnya. Selesai
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : المرأة لا ينبغي لأحد أن يزوجها إلا بإذنها، كما أمر النبي صلى الله عليه وسلم فإن كرهت ذلك لم تجبر على النكاح إلا الصغيرة البكر، فإن أباها يزوجها، ولا إذن لها،
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : Seorang wanita tidak boleh dinikahkan oleh seseorang tanpa izinnya, sebagaimana yang diperintahkan oleh rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Maka jika si wanita itu tidak menyukainya dia tidak boleh dipaksa untuk menikah kecuali gadis yang nasih kecil, maka ayahnya yang berwenang untuk menikahkannya dan tidak perlu meminta izinnya.
وأما البالغ الثيب فلا يجوز تزوجها بغير إذنها لا للأب ولا لغيره بإجماع المسلمين،
Adapun wanita yang baligh dan dia janda maka tidak boleh menikahkannya tanpa izinnya baik yang menikahkannya adalah ayahnya atau selainnya berdasarkan kesepakatan yang disepakati oleh kaum muslimin.
وكذلك البكر البالغ ليس لغير الأب والجد تزويجها بدون إذنها بإجماع المسلمين، فأما الأب والجد فينبغي لهما استئذانها، واختلف العلماء في استئذانها هل هو واجب أو مستحب؟ والصحيح أنه واجب، ويجب على ولي المرأة أن يتقي الله فيمن يزوجها به، وينظر في الزوج هل هو كفء أو غير كفء، فإنه يزوجها لمصلحتها لا لمصلحته. انتهى.
Demikian juga gadis yang sudah baligh tidak dinikahkan oleh ayahnya atau kakeknya kecuali dengan izinnya berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, adapun ayah dan kakeknya sepatutnya bagi keduanya harus meminta izinnya. Para ulama berselisih pendapat tentang meminta izinnya, apakah itu wajib ataukah Sunnah? Maka yang shahih adalah wajib meminta izinnya. Dan wajib bagi wali perempuan untuk bertakwa kepada Allah dalam menikahkannya dengan orang yang dinikahinya dan telah melihat apakah ia cocok ataukah tidak cocok, maka hendaklah walinya menikahkannya untuk kebaikannya bukan untuk untuk kebaikan wali itu saja. Selesai.
_______
(١) متفق عليه
(1) mutafaqun alaihi
(٢) متفق عليه : البخاري النكاح(٤٨٤٣) الترمذي النكاح (١١٠٧)، النسائي النكاح (٣٢٦٥) أبو داود النكاح (٢٠٩٢) ابن ماجه النكاح (١٨٧١) أحمد (٤٣٤/٢)، الدارمي النكاح (٢١٨٦)
(2) mutafaqun alaihi : Bukhari bab Nikah (4843), Tirmidzi bab Nikah (1107), An-Nasa’i bab Nikah (3265), Abu Dawud bab Nikah (2092), Ibnu Majah bab Nikah (1871), Ahmad (2/434), Ad-Darimi bab Nikah (2186)